Akhirnya, Singapore!
Ya, saya memang ingin sekali ke negeri yang punya ikon patung kepala Singa dan ekor duyung ini sejak 2016. Kala itu tujuan awalnya sebenarnya saya ingin minggat eh healing ke sana . Alasannya apa? Wah rahasia perusahaan 😁.
Meski saya menyebutnya minggat tapi karena sudah bersuami tentu saja sudah atas izin suami. Namun ibu saya malah menentang keras dengan alasan khawatir di Singapura sulit mendapatkan makanan halal. Ini gara-gara adik saya yang duluan kesana dan missed informasi 😫. Diingat-ingat cukup bikin kesel sih.
Selain perkara makanan halal, ada juga yang bersuara kenapa saya ga memilih mengeluarkan uang untuk umroh ketimbang ke Singapura. Saran ini saya terima, namun ya saya punya pertimbangan ingin mencoba keluar negeri pertama kali dari Singapura dulu. Semua tahu kan kalau Singapura adalah negara teraman untuk first timer traveler.
Merlion Singapura |
Ketika covid sudah mulai mereda, saya kembali berencana solo traveling ke Singapore tapi apa daya, justru saya dihamili suami, wkwkwkwk. Saya anggap kehamilan adalah rejeki besar karena anak kedua memang sangat kami dambakan. Saya pun mengurungkan niat bepergian jauh apalagi sampai keluar negeri, tentu saja demi lebih mengutamakan menjaga kehamilan dan kesehatan buah hati.
Alhamdulillah, mungkin sudah rejekinya juga. Singkat cerita, setelah deep talk dengan suami di awal tahun 2024, meski dek Ezza belum genap 2 tahun, pada 14 Juli 2024 keinginan tertunda akhirnya menjadi nyata, bahkan suami ikut menemani saya, termasuk juga si bungsu yang tidak bisa ditinggal di rumah karena masih menyusu.
Sementara itu anak sulung kami tinggal di rumah dengan berbagai macam pertimbangan yang pastinya cuma kami yang paham.
Karena dari bandara Semarang tidak ada penerbangan langsung ke Singapore dan pertimbangan harga tiket dibandingkan lewat bandara YIA Jogja, kami pun memilih terbang melalui bandara Soekarno Hatta dengan menumpang pesawat Trans Nusa.
naik pesawat untuk pertama kalinya, Jakarta - Singapura via Trans Nusa |
Setelah turun dari pesawat, perut yang keroncongan memaksa untuk segera diisi. Sebetulnya saya ingin sekali makan di kantin karyawan yang katanya harganya lebih bersahabat. Namun niat itu kami urungkan dengan pertimbangan tenaga yang cukup terkuras saat menjaga si kecil yang berlarian di terminal 3 bandara Soetta dan khawatir daya tahan drop jika tidak segera makan, akhirnya kami menuju resto terdekat yang ada di terminal 2 Changi.
restoran Chopstick di terminal 2 Changi |
Tentu saja, pilihan jatuh pada resto halal dan yang saat itu sudah buka. Kebetulan pula restonya masih sepi jadi kami bebas memilih tempat duduk.
Nama restonya adalah Chopstick. Meski namanya bermakna "sumpit" tapi mereka menjual menu masakan Indonesia.
Dengan tujuan mengirit kami pun memesan hanya dua menu yaitu satu paket set nasi campur ayam bakar dan set khusus anak-anak, ditambah sepiring nasi putih dan dua minuman dingin. Begini tok aja habisnya sudah lebih dari 30 sgd lho, saya sampai melongo karena kalau dirupiahkan hampir 400 ribu rupiah. Wah memang mahal banget Singapore ya. Hiks 😓.
Untunglah rasa masakannya benar-benar enak dan dek Ezza juga lahap makan menu yang sudah dipesankan jadi ga rugi-rugi amat 😄. Pak suami yang baru pertama minum es bandung pun langsung kepincut. Setelah saya gugling rupanya es ini isinya sirup mawar yang dicampur susu. Owalah gitu doang kok enak ya, hahaha.
Usai perut kenyang, sesuai jadwal kami pun segera berjalan ke Jewel untuk berburu foto dengan latar belakang HSBC Rain Vortex. Voila.....
jalan kaki dari terminal 2 ke Jewel |
Post a Comment for "Akhirnya, Singapore!"
Post a Comment