Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Klub Merby Bukan Sekadar Tempat Bermain Atau Les Anak - Pengalaman Wisata Edukatif di Klub Merby


Tempat bermain anak di kota Semarang bisa dibilang ga begitu banyak. Dan dari beberapa yang ada coba deh dicek mana yang menyediakan permainan tradisional. Pasti susah kan jawabannya. Kalaupun nemu saya yakin jawabannya pasti KLUB MERBY.

Sudah sejak lama saya pengen ke Klub Merby tapi kok ya ndilalah belum kesampaian. Pucuk dicinta ulam pun tiba, karena tiba-tiba di whatsapp grup GandjelRel ada info Klub Merby mengundang teman-teman blogger untuk main-main di sana. Okedeh masuuuuk Pak Eko!

Tepatnya di hari Sabtu, tanggal 10 Agustus 2018 saya dan teman-teman datang ke Klub Merby pada pukul 8 pagi. Kami disambut salam oleh seorang mamas-mamas berpakaian adat Jawa model Semarangan yang senyumnya bikin diabetes #halah.

Setelah mengisi daftar hadir kami pun dipersilahkan masuk. Oiya, ada hadiah kecil buat kami yaitu boleh memilih sebuah mainan tradisional. Aristo tadinya kepengen pistol-pistolan karena emang dia lagi seneng main polisi-polisian. Tapi sayang pistolnya habis, cap-cip-cup kembang kuncup akhirnya dia pilih gangsing. Padahal tau cara mainnya aja kagak 😂.



Pas melangkah masuk ke bagian dalam Klub Merby, saya tergumun-gumun. Di sebelah kanan lorong yang memasang gambar-gambar karya anak-anak asuhan Klub Merby ternyata ada sebuah area terbuka dan sebuah gedung bertingkat 2. Weleh luas juga ya ternyata. Kelihatannya di gedung itulah berbagai kegiatan les diselenggarakan. Bener apa ga, mari kita cekidot!

Belajar Filosofi Salam Semarangan


Emak-emak blogger dan para krucilnya kemudian dipersilahkan duduk di tikar di atas rumput. Selanjutnya mba Krisna dari pihak Klub Merby membuka acara dengan mengajari kami Salam Semarangan. Buat yang penasaran gimana pose tangan saat Salam Semarangan bisa cek gambar di bawah ini ya.

Salam Semarangan
Dalam membuat salam semarangan, jari tengah harus dipertemukan dengan jempol. Filosofinya adalah, setingi-tingginya kita tetap harus hormat dan santun pada yang lebih tua. Gitu ya gaes, jadi walaupun kamu presiden di planet manapun kalau sama orang tua ga boleh kurang asem nanti dikutuk lho jadi kodok 😂.

Belajar Memakai Kain Batik



Selesai belajar salam semarangan kami digiring ke ruang yang isinya kain batik dan pernak-pernik khas jawa termasuk aneka mainan tradisional yang tadi diberikan secara cuma-cuma. Setelah dipersilahkan duduk dan meminum jamu tradisional yang isinya kunyit asam kemudian kami diajari cara menggunakan kain batik. Tapi mba Krisna kalau ga salah menyebutnya sebagai sarung.

Semua orang tahu kalau kain batik adalah salah satu kebanggaan bangsa sebagai warisan budaya. Tapi sehari-hari pakai kain batik? Owh zaman sekarang pasti jarang kan. Kalaupun iya palingan buat gendong anak. Padahal kain batik bisa dipakai sebagai rok atau celana lho. Kemarin tuh kami juga diajari mba Krisna melipat, mengikat dan mengubet-ubetkan kain penuh corak tersebut ke badan kami yang semlohe-semlohe, haha..... Kelihatannya gampang banget, tapi pas kami coba sendiri ternyata susah juga gaes.

Tour Ruang Les dan Melihat Koleksi Perangko Serta Uang Kuno

Dengan memakai kain batik yang sudah sukses dililitkan di badan eyke (tapi dibantu kru Klub Merby dink), kami berlanjut ke tour ruang les dan melihat koleksi perangko serta uang kuno.

Di Semarang Klub Merby memang terkenal sebagai tempat les. Paling kesohor sebagai tempat les menggambar atau melukis. Tapi bisa juga les menari, membatik, musik modern maupun tradisional, drama, modelling, bahasa dan bahkan public speaking. Cukup komplit deh pokoknya.



  
Di sebuah ruangan yang terletak paling ujung lantai 2 kalau ga salah, ternyata menyimpan koleksi uang dan perangko. Saya ngiler abis di ruangan ini karena dulu senang koleksi perangko juga. Dan semua koleksi yang ada dibingkai dengan apik oleh pengelola Klub Merby.

Melihat Anak-Anak Main Gamelan

Selesai melihat uang kuno dan perangko dari zaman baheula, selanjutnya kami dibawa ke ruangan gamelan. Dan surpriseeee, anak-anak yang sedari tadi dipisahkan dari orang tuanya ternyata sedang berlatih gamelan lho. Aristo yang matanya sembab karena ga mau jauh dari emaknya kebagian pegang kendang #Duh Anak Emak.

Sambil dipangku kru Merby ia pun tetap mau memukul kendang di depannya. Dan lebih surprise lagi dengan waktu berlatih yang singkat banget, anak-anak ternyata sudah bisa memainkan Gambang Semarang dengan apik. Gud Job Kakak!


Setelah anak-anak beraksi, kemudian giliran para emak-emak yang didaulat untuk berjoget di sebuah ruang besar semi terbuka dengan kaca besar di salah satu dindingnya. Rupanya kami diajak menari Lenggang Semarang. Badan saya yang 'bengkak' dan jarang bergerak ini lumayan kesusahan mengikuti arahan instruktur dan irama musik. Tapi mba Krisna bilang kami ga harus langsung bisa, justru meminta peserta untuk menikmati prosesnya dan rileks saja. Kalau salah ya ketawa saja, kalau temannya salah juga boleh mengetawakan, hahaha. Biar kata cuma beberapa menit tapi belajar Lenggang Semarang lumayan banget mengurai kekakuan badan.


Saatnya Membuat Keris-Kerisan Dari Janur



Usai menari, kami kembali ke tempat pertama kami dikumpulkan. Dan ternyata sudah disediakan berbagai peralatan. Ada alat membatik termasuk kain seukuran saputangan, janur kelapa dan ada pula egrang bambu serta batok kelapa yang kemudian dimainkan anak-anak.

Janur kelapa yang membuat saya kepengen makan opor itu ternyata bukan untuk membuat ketupat, hehe. Tapi kami diajari membuat keris-kerisan. Mba Krisna berujar bahwa zaman dulu di acara pernikahan pasti dekorasinya pakai keris-kerisan janur. Tapi sekarang sudah jadi hal langka. Padahal janur kan ramah lingkungan dibanding dekorasi dari tanaman plastik atau lampu hias. Nah mungkin aja ada yang jadi terinspirasi pakai janur buat acara nikahannya nanti? Bisa les dulu di Klub Merby kok.

Nah membuat keris boongan dari janur yang tampaknya mudah juga buat tangan kaku saya jadi susah banget. Tapi akhirnya bisa juga diajarin mba Ika Puspita. Hoye!

Waktunya Makan Siang di Kedai Dahar

Acara pun usai sudah, tapi sebelum pulang kami dipersilahkan mencicipi masakan rumahan yang ada di Kedai Dahar. Agak bingung juga mo makan apa karena semua menu kesukaan saya banget yang cinta masakan rumahan. Akhirnya milih bening bayem plus lauk bandeng presto deh biar Aristo bisa ikut makan.

Betewe, Kedai Dahar Klub Merby ini juga banyak disamperin karyawan dari kantor-kantor sebelah loh pas jam makan. Apalagi tempatnya asyik bernuansa jawa banget. Jadi kalau ada yang sedang mengantar anak les atau sekadar mampir membeli peralatan sekolah juga bisa mengisi perut terlebih dulu biar cacing-cacing di perut ga pada demo. hehe.



Okedeh sekian cerita UntariTravelNotes main-main berwisata edukasi di Klub Merby. Semoga bermanfaat ya...

KLUB MERBY
Jl. Mataram No.653, Wonodri
Semarang Selatan, Kota Semarang, Jawa Tengah 50242

Post a Comment for "Klub Merby Bukan Sekadar Tempat Bermain Atau Les Anak - Pengalaman Wisata Edukatif di Klub Merby"